Mengenal Akmil, akademi yang melahirkan para pejabat tinggi



Jakarta (ANTARA) – Akademi Militer atau yang sering disingkat dengan Akmil, merupakan lembaga pendidikan tinggi yang khusus mencetak perwira TNI Angkatan Darat.

Berlokasi di Kota Magelang, Jawa Tengah, Akmil memainkan peran penting dalam membentuk generasi baru perwira yang berkomitmen terhadap pertahanan negara.

Berdiri di tempat yang dikelilingi pegunungan, Akmil memiliki suasana yang mendukung untuk proses pembelajaran dan latihan keras yang harus dilalui oleh taruna dan taruni yang menempuh pendidikan di sana.

Lokasi Akmil yang strategis

Akmil berlokasi di Kota Magelang dan berada di ketinggian 400 meter di atas permukaan laut, faktor tersebut membuatnya memiliki iklim sejuk.

Kampus Akmil ini dikelilingi oleh sejumlah gunung terkenal, seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sundoro, dan Gunung Tidar.

Dengan luas lahan mencapai 654,4493 hektar, Akmil dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, termasuk Komplek Panca Arga, Ksatrian Akmil, Mess Sundoro, Mess Sumbing, Mess Merapi, Mess Dieng, Mess Kranggan, serta Kolam Renang Soekotjo.

Selain itu, Akmil memiliki beberapa daerah latihan yang tersebar di wilayah Gending, Pendem, Plempungan, Kaloran, Kopeng, dan Gringsing (Kabupaten Batang). Semua fasilitas ini digunakan untuk mendukung pelatihan intensif para taruna dalam berbagai skenario dan medan yang berbeda.

Struktur dan satuan di Akmil

​​​​​​​


Pendidikan di Akmil dilaksanakan melalui struktur Resimen Taruna, yang terdiri dari beberapa batalyon berdasarkan tingkat pendidikan.

Batalyon tersebut adalah:

  • Batalyon Taruna Tingkat I/Remaja
  • Batalyon Taruna Tingkat II/Dewasa
  • Batalyon Taruna Tingkat III/Madya
  • Batalyon Taruna Tingkat IV/Wreda

Setiap batalyon mewakili tingkatan pendidikan yang semakin sulit, dengan para taruna diharapkan untuk semakin matang dalam hal fisik, mental, dan kemampuan taktik militer di setiap tingkatnya.

Kurikulum dan gelar pendidikan

Pendidikan di Akmil disesuaikan dengan Politeknik Ilmu Militer yang memakan waktu empat tahun. Pendidikan ini juga memberikan gelar akademik Sarjana Terapan Pertahanan (S.Tr.Han) kepada para lulusannya.

Gelar ini sebelumnya mengalami beberapa perubahan, dari Sarjana Sains Terapan Pertahanan (S.S.T.Han) hingga menjadi Sarjana Terapan Pertahanan mulai tahun 2017.

Selain pendidikan militer, taruna juga menerima pendidikan umum yang setara dengan Diploma IV. Pendidikan di Akmil diawali dengan Pendidikan Dasar Integratif Kemitraan Tahap I, yang dilaksanakan selama tiga bulan dan diikuti oleh seluruh taruna TNI dan Akademi Kepolisian.

Setelah itu, mereka menjalani Pendidikan Chandradimuka bersama dengan taruna AAL (Akademi Angkatan Laut) dan AAU (Akademi Angkatan Udara) selama sembilan bulan sebelum kembali ke akademi masing-masing.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, taruna akan mendapatkan pangkat perwira dan dilantik sebagai perwira TNI Angkatan Darat. Kenaikan pangkat mereka dilakukan secara bertahap, mulai dari prajurit taruna hingga sersan mayor satu taruna.

Program studi yang ditawarkan di Akmil

​​​​​​​Akmil menawarkan beberapa program studi dengan akreditasi A yang berhubungan dengan korps di TNI AD. Program-program tersebut meliputi:

  • Teknik Sipil Pertahanan
  • Teknik Mesin Pertahanan
  • Teknik Elektro Pertahanan
  • Ilmu Manajemen Pertahanan
  • Ilmu Administrasi Pertahanan

Para taruna dididik dalam berbagai disiplin ilmu yang mendukung kesiapan mereka dalam berkarier di TNI AD dan berperan sebagai perwira yang handal di medan tugas.

Sejarah berdirinya Akmil

Sejarah Akmil dimulai pada tanggal 31 Oktober 1945, saat Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo mendirikan Militaire Academie (MA) di Yogyakarta. Namun, karena kendala teknis, MA Yogyakarta sempat ditutup pada tahun 1950 setelah meluluskan dua angkatan.

Para taruna kemudian melanjutkan pendidikan mereka di KMA Breda, Belanda. Dalam periode tersebut, banyak sekolah perwira darurat didirikan di berbagai kota di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan TNI AD.

Pada tanggal 11 November 1957, Akademi Militer Nasional (AMN) diresmikan oleh Presiden Soekarno di Magelang. Akademi ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta, dengan para taruna yang diterima di tahun itu dinyatakan sebagai Taruna AMN angkatan ke-4.

Pada tahun 1961, Akademi Militer Nasional Magelang diintegrasikan dengan ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat) di Bandung. Kemudian, pada tanggal 16 Desember 1965, seluruh akademi angkatan digabung menjadi AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Namun, pada tahun 1984, Akabri Bagian Darat diubah namanya menjadi Akmil yang terus digunakan hingga saat ini.

Drum band Canka Lokananta

​​​​​​​Akmil memiliki drum band yang terkenal bernama Genderang Seruling “Canka Lokananta”. Drum band ini telah terbentuk sejak dibukanya kembali Akmil di Magelang pada 16 April 1959. Organisasi ini memiliki peran penting dalam berbagai upacara militer dan acara kenegaraan. Canka Lokananta hingga saat ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Akmil.

Akmil tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan militer, tetapi juga sebagai tempat di mana pemimpin masa depan Indonesia dibentuk.

Dengan kurikulum yang komprehensif, program studi yang berkualitas, dan pelatihan fisik serta mental yang keras, Akmil terus melahirkan perwira-perwira TNI AD yang berintegritas dan siap melayani bangsa dan negara.

Akmil telah menjadi simbol ketangguhan dan dedikasi terhadap pertahanan negara Indonesia. Selain itu, Akmil juga kerap mencetak generasi-generasi hebat menjadi tokoh negarawan yang berpengaruh.

Lulusan Akmil yang menjadi pejabat tinggi di Indonesia

Akademi Militer Indonesia dikenal sebagai tempat lahirnya banyak pejabat tinggi di negara ini. Lulusan Akmil tidak hanya terbatas pada karier militer, tetapi juga banyak yang menempati posisi penting dalam pemerintahan, politik, dan sektor lainnya.

Beberapa nama besar yang pernah menimba ilmu di Akmil dan berhasil mencapai puncak karier sebagai pejabat tinggi antara lain:

Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono

​​​​​​​Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan salah satu lulusan Akmil yang paling terkenal. Beliau lulus dari Akmil pada tahun 1973 dan kemudian menempuh karier yang cemerlang di militer. Pada tahun 2004, SBY terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan menjadi presiden pertama yang terpilih secara langsung oleh rakyat. SBY memimpin Indonesia selama dua periode dari tahun 2004 hingga 2014.

Jenderal TNI (Purn) Moeldoko

​​​​​​​Moeldoko, yang merupakan lulusan Akmil tahun 1981, pernah menjabat sebagai Panglima TNI. Selain itu, setelah pensiun dari militer, ia juga dipercaya untuk memegang posisi strategis di pemerintahan sebagai Kepala Staf Kepresidenan sejak tahun 2018 hingga sekarang.

Jenderal TNI (Purn) Wiranto

​​​​​​​Wiranto adalah lulusan Akmil tahun 1968 dan memiliki karier panjang di militer serta politik. Ia pernah menjabat sebagai Panglima ABRI (sekarang TNI) dan juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Prabowo Subianto

​​​​​​​Prabowo adalah lulusan Akmil tahun 1974. Selain kariernya di militer, ia juga terjun ke dunia politik dan beberapa kali maju sebagai calon presiden Indonesia. Hingga akhirnya saat ini, Prabowo menjabat sebagai Presiden RI ke-8.

Baca juga: Istana: Menteri dan wamen bertukar pesawat Hercules saat pulang

Baca juga: Wamen Kabinet Merah Putih tiba di Akmil Magelang

Baca juga: Naik Hercules, para menteri tegang hingga berdoa kencang

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *