“Masyarakat kelas menengah kini lebih memprioritaskan konsumsi kebutuhan pokok, alih-alih membeli mobil yang masih dipandang sebagai barang tersier,” ujar Tauhid dalam pernyataannya dikutip di Jakarta, Rabu.
Menurut Tauhid, konsumsi rumah tangga hanya 4,91 persen pada kuartal pertama 2024 meski pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh 5,11 persen pada periode yang sama. Itu menunjukkan dalam konsumsi, rumah tangga menerapkan skala prioritas.
Baca juga: GAIKINDO optimistis penjualan 1 juta unit dapat tercapai tahun ini
Baca juga: Penjualan kendaraan listrik secara online di Indonesia terus melonjak
Mengingat kuartal pertama lalu, harga sejumlah mobil di Indonesia naik ketika suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) masih tinggi (6,25 persen). Padahal, mayoritas konsumen otomotif membeli mobil menggunakan skema pembiayaan kredit.
“Konsumen dihadapkan pilihan sulit, karena laju kenaikan harga mobil tidak diimbangi oleh perbaikan daya beli masyarakat,” kata Tauhid.
Ia memperkirakan produsen mobil akan lebih berhati-hati mengatur kebijakan harga jual produknya pada kuartal berikutnya.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan, penjualan mobil di Indonesia berada dalam tren negatif sejak awal 2024 dan masih berlangsung hingga kini.
Per Mei 2024, penjualan pabrik ke diler (whole sales) mobil nasional turun 21 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) menjadi 334.969 unit.
Sedangkan penjualan diler ke konsumen (ritel) mobil nasional juga terkoreksi 14,4 persen (yoy) menjadi 361.698 unit.
Baca juga: Mengapa penjualan EV di Indonesia lebih tinggi daripada mobil hibrida?
Baca juga: Pandemi tak pengaruhi penjualan mobil sport di Indonesia
Baca juga: Penjualan mobil baru Indonesia turun 30,5 persen
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024