Jerman serukan UE dan China capai solusi politik soal tarif EV


Berlin (ANTARA) – Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck menyerukan agar Uni Eropa (UE) dan China mencapai solusi politik terkait isu tarif electric vehicle (EV/kendaraan listrik)

“Kami ingin menghindari konflik perdagangan yang berpotensi tak terkendali, yang pada akhirnya merugikan kedua pihak,” ujar Habeck dalam sebuah pernyataan, Selasa (17/9) waktu setempat, sembari menegaskan bahwa sikapnya sudah jelas, yakni solusi politik merupakan hal yang penting.

Menekankan signifikansi China bagi perekonomian Jerman dan Eropa, Habeck menuturkan kondisi persaingan yang adil harus dijamin dan Jerman menyambut baik persaingan dengan China.

“Komisi Eropa dan China harus berupaya mencapai solusi melalui negosiasi,” Habeck menambahkan.
 

   

Pernyataan Habeck senada dengan komentar pemerintah Jerman yang disampaikan dalam sebuah konferensi pers pada pekan lalu. Seorang juru bicara  pemerintah Jerman menyampaikan bahwa sejak awal, pemerintah federal telah bersikap skeptis terkait usulan tarif EV oleh UE, dan sikap ini tetap tidak berubah.

Dia juga menyebut bahwa Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menyerukan kepada negara-negara anggota UE dan Komisi Eropa agar mempertimbangkan kembali posisi mereka perihal usulan tarif tambahan terhadap EV China.

“Kami sangat senang pembicaraan antara China dan UE dilanjutkan untuk mencegah (penerapan) tarif semacam itu,” ujar jubir tersebut.

Semua pihak akan diuntungkan jika negara-negara anggota UE lainnya juga mengakui bahwa penerapan sejumlah tarif tidak sejalan dengan kepentingan industri mereka, sang jubir menambahkan.
 

Mobil NIO yang dipajang di NIO House di Oslo, Norwegia pada 30 September 2021. (ANTARA/Xinhua/Zhu Sheng)

Pada Juli tahun ini, Komisi Eropa memberlakukan tarif tambahan kepada produsen EV China, menyusul apa yang disebut penyelidikan antisubsidi komisi itu terhadap EV China yang diluncurkan pada Oktober 2023.

Rencana penerapan tarif tambahan itu oleh Komisi Eropa telah memicu kekhawatiran di kalangan pakar industri dan pelaku bisnis di seluruh Eropa. Para kritikus berpendapat bahwa langkah itu dapat memperburuk isu daya saing UE, menghambat transisi hijau di kawasan tersebut, serta meningkatkan ketegangan perdagangan dengan China, alih-alih melindungi industri otomotif Eropa seperti yang diharapkan.

Pewarta:
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *